Emir Mahira dan Zee JKT48 di Kalian Pantas Mati. Foto: Kompas.com-(DOK. Ideosource Entertainment)
Diadaptasi dari film ‘Mourning Grave’ asal Korea Selatan pada tahun 2014 lalu, ‘Kalian Pantas Mati’ merupakan karya versi Indonesia yang disutradarai oleh Ginanti Rona dengan naskah yang ditulis Alim Sudio.
Dibintangi oleh Emir Mahira dan Zee JKT48, ‘Kalian Pantas Mati’ merupakan tayangan penuh darah, menyeramkan, dan mengangkat masalah cerita yang cukup menarik.
Siapakah yang sebenarnya pantas mati? Adakah manusia di dunia yang pantas mati? Judul agresif dan berani ini seketika langsung mendapatkan perhatian, karena tentu saja terkesan menawarkan kisah penuh dendam dan rasa hancur yang tak tertahankan.
Namun, apakah film ‘Kalian Pantas Mati’ menjawab pertanyaan di atas dan akan sukses memuaskan rasa penasaran penonton?
“Semua setan yang nemuin aku pasti ada maunya, kamu mau balas dendam sama siapa?” – Rakka (Kalian Pantas Mati).
Sinopsis
‘Kalian Pantas Mati’ berkisah tentang seorang anak indigo bernama Rakka yang diperankan oleh Emir Mahira. Terlahir dengan kemampuan langka, Rakka kerap merasa terbebani dan selalu dirundung oleh teman-temannya karena dapat melihat sosok hantu.
Ketika Rakka memutuskan untuk pindah sekolah di Bogor, kehidupannya kembali berulang. Ia masih bertemu dengan hantu dan sering dirundung oleh teman-temannya. Namun kali ini, Rakka harus mencari tahu misteri yang sebenarnya terjadi pada dua hantu di sekolah barunya, serta penyebab janggal yang menyebabkan teman-temannya menghilang.
Perpaduan yang baik antara horor dengan kisah cinta
Seperti film orisinal-nya, ‘Kalian Pantas Mati’ tidak hanya menghadirkan cerita-cerita menyeramkan, melainkan juga ada kisah romantis antara Rakka dengan sang hantu gadis SMA. Perpaduan keduanya tidak berat sebelah, dalam porsi cukup, sehingga penonton tidak melulu merasa ketakutan.
Meski begitu, film ini juga tidak mengesampingkan sisi horor penuh dendam. Tanpa malu-malu, para hantu sudah muncul sejak awal cerita. Uniknya, selalu ada tanda jika hantu-hantu tersebut muncul sehingga para penonton bisa bersiap sebelum melompat ketakutan.
Hal ini mirip dengan yang terjadi di film ‘Mourning Grave’. Namun, apakah ‘Kalian Pantas Mati’ akan sepenuhnya seperti di film pertama? Ternyata tidak. Ada banyak hal yang diadaptasi dan lebih sesuai dengan budaya di Indonesia, mulai dari pemilihan tempat di Bogor hingga konsep ‘perdukunan’ yang sangat kental dengan adat kita.
Alih-alih terganggu dengan keberadaan hantu, para indigo di ‘Kalian Pantas Mati’ ini justru menerima kelebihan mereka dengan lapang dada. Cukup unik, karena pada kenyataannya hal-hal mistis selalu digemari oleh sebagian besar orang. Rakka dan pamannya menggunakan kelebihan untuk mencari uang, menjalankan idealisme mereka, dan menebarkan kebaikan.
Di sisi lain, ide cerita tidak berbeda dengan film pertama. Seorang indigo berusaha menguak misteri hantu masker di sekolahnya, sambil mencoba mencari identitas dari sosok hantu gadis remaja yang ia sukai. Jadi, ada bagian romantis dan tentu juga porsi sadis.
Foto: © Ideosource Entertainment
Ada banyak sekali pesan yang bisa disampaikan dalam film ‘Kalian Pantas Mati’, termasuk isu perundungan, penerimaan diri, serta rasa berani melawan kejahatan. Namun judul tersebut agaknya terlalu kejam, menyampaikan bahwa setiap kejahatan boleh dibalas dengan kematian. Kembali lagi, meskipun ini hanyalah karya fiksi, namun setiap manusia memiliki hak untuk hidup.
Perlu peringatan, bahwa akan ada banyak adegan kekerasan dan penuh darah di beberapa bagian film. Meski tidak ada adegan dewasa, namun penggunaan kata-kata kasar juga kerap dilontarkan. Entah bagaimana mulanya, hal tersebut akhir-akhir ini sering dinormalisasi dalam tayangan remaja.
Debut yang tak mengecewakan dari Zee JKT48
Sebagai karya pertamanya di dunia perfilman, patut diakui bahwa akting dari Zee JKT48 cukup memuaskan dan tidak mengecewakan. Tampil dengan dua kepribadian, Zee terlihat lucu, polos, dan mendalami karakternya sebagai hantu yang tidak mengetahui apapun tentang kehidupan dunia sebelumnya.
Akhirnya, ia berteman dengan Rakka yang juga bisa melihatnya. Menyemangati setiap keputusan yang Rakka ambil demi menegakkan keadilan. Para penonton dibuat jatuh cinta dengan kedekatan keduanya, membuat kami seketika terlupa bahwa Zee bukanlah manusia yang hidup di dunia.
Foto: © Ideosource Entertainment