Emak-emak live TikTok mandi di kolam. Foto: TikTok/intan_komalasari92
Viral fenomena ‘ngemis online’ live sambil mandi lumpur di aplikasi TikTok. Live video itu kadang menampilkan anak muda sampai emak-emak yang rela mengguyur tubuhnya menggunakan air atau lumpur demi mendapatkan koin yang bisa ditukar menjadi rupiah.
Dalam beberapa video bahkan live dilakukan dalam rentang waktu berjam-jam, dari siang hingga malam hari, sampai-sampai tubuh emak-emak yang tersaji dalam bingkai smartphone tampak menggigil kedinginan. Ironisnya, aksi nekat emak-emak mandi ini disebut-sebut karena permintaan anaknya.
Raut wajah dari emak-emak yang mencitrakan penderitaan membuat para penonton iba dan memberikan gift mawar, kacamata, unta, dan masih banyak lagi. Gift yang dikumpulkan ini bisa ditukar dengan uang atau saldo digital.
‘Ngemis online’ di TikTok cederai nilai kemanusiaan
Melihat maraknya fenomena ngemis online ini, sosiolog Dr. Bayu A. Yulianto, mengatakan bahwa ini bisa mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan bahkan merusak mental anak muda.
Bayu menjelaskan, sejatinya fenomena ngemis online seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, di beberapa negara lain juga terjadi fenomena yang sama. Mereka yang melakukannya bisa mendapatkan uang dalam jumlah fantastis.
@atorizzs Replying to @Postgre SQL #xybca #xybcafyp #pageforyou #pengemistiktoklite #pengemiselit #mandilumpur #fypシ ♬ original sound – acicu
Ada banyak faktor yang melatarbelakangi orang-orang ini rela melakukan pertunjukkan yang mengesampingkan norma-norma kemanisaan ini. Bukan hanya kemiskinan, bisa jadi mereka memang hanya ingin menjadikan kegiatan itu sebagai mata pencaharian atau mendapatkan uang secara instan.
Ironisnya, menjual rasa simpati dan kemiskinan menjadi cara jitu untuk mendapat perhatian orang Indonesia. Bayu menyebut, orang Indonesia cenderung memiliki rasa empati yang sangat besar. Ini terlihat dari bagaimana cara mereka merespons suatu kejadian, seperti bencana.
Kalau ada orang kesusahan atau kesulitan, itu bisa mereka kasih sumbangan, seperti dalam kejadian bencana segala macam. Nah netizen Indonesia itu luar biasa kontribusinya untuk bisa menyumbang seperti itu,”
– Dr. Bayu A. Yulianto, Sosiolog –
Rasa empati yang luar biasa ini kemudian dimanfaatkan oleh mereka yang melihat itu sebagai peluang mata pencaharian. Orang-orang ini memeras empati netizen supaya mendapatkan simpati dan rela memberikan sumbangan. Ironisnya media sosial memfasilitasi hal tersebut.
“Jadi menurut saya ini kombinasi antara pelaku-pelaku pengemis online yang semakin kreatif dengan adanya sosial media, dan sikap netizen yang gampang tersentuh empatinya untuk bisa memberikan sesuatu kepada tontonan atau visual yang dianggap menarik buat dia, atau dianggap aneh,” ujar Bayu saat dihubungi kumparanSAINS, Rabu (18/1).
@up.up.followers88 😟😟😟 #fyp #mandilumpur ♬ suara asli – sadvibes🥀 – Sadvibes🥀
Bisa rusak mental anak muda
Bayu menilai, jika dibiarkan, fenomena “ngemis online” bisa berdampak buruk. Artinya, orang bisa berlomba-lomba untuk menampilkan tontonan, video, atau kreasi yang semakin aneh dan melanggar norma-norma umum di masyarakat, termasuk melanggar nilai-nilai kemanusiaan.
Selain itu, jika generasi muda terus dicekoki dengan tontonan seperti ini, tidak menutup kemungkinan mereka akan melakukan cara yang sama untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah, membuat “ngemis online” semakin marak, hingga merusak mental generasi muda.
“Mental generasi muda kita bisa dirusak dengan fenomena seperti. Karena mereka melihat, dengan cara-cara seperti itu gampang sekali mendapatkan uang, sehingga mereka berpikir untuk tidak usah kerja yang serius. Cukup bikin tontonan yang seperti itu kemudian itu bisa menghasilkan uang buat mereka,”
-Sosilolog, Bayu A. Yulionto
Bagaimanapun tidak ada sisi positif yang bisa diambil dari konten mandi lumpur yang banyak tersaji di media sosial TikTok saat ini. Bayu bilang, ada salah satu cara yang mungkin bisa dilakukan agar fenomena “ngemis online” tidak semakin marak, yakni dengan tidak memberikan sumbangan kepada para pembuat konten.
“Kalau perlu enggak usah kasih gift atau apa segala macam, kepada mereka-mereka yang membuat konten tidak lazim, atau konten yang sifatnya negatif,” ujar Bayu.